Berbicara di Depan Umum, Sebuah Ketakutan atau Alasan Belaka?

Nadine Astari Khairunnisa,
Community Officer

June 16, 2019

Sepenggal kata bijak dari seniman Salvador Dali ini membuat saya memutuskan untuk membahas topik yang sepertinya tidak ada habisnya dibicarakan baik secara langsung maupun artikel, baik itu melalui para ahli hingga seseorang yang ingin mengutarakan aspirasinya secara online seperti saya ini. 

Ya, topik tersebut adalah berbicara di depan umum, atau Public Speaking. 

 "Have no fear of perfection--you'll never reach it." --- Salvador Dali

 

Hanya dua kata, tapi bisa membuat sebagian besar orang-orang yang mendengar dan mengalaminya tidak bisa tenang selama dua jam atau bahkan dua minggu? Hmm, memang semua orang mempunyai alasan tertentu mengapa mereka memilih untuk tidak melakukan public speaking - atau berbicara di depan umum. Namun, mau sampai kapan kita menolak diri kita untuk tidak berbicara di depan publik? 

 

Sebagian dari kita mengatakan bahwa diri mereka bukanlah pilihan yang tepat jika dipilih untuk menyampaikan presentasi atau informasi di depan teman-temannya atau mungkin masyarakat umum. 

 

Biarkan orang-orang yang sudah berpengalaman saja yang melakukannya. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka takut salah, sehingga memilih untuk menonton saja dibanding berdiri di depan publik. Dan yang terakhir, adalah rasa takut akan di nilai dan dihakimi oleh orang yang melihatnya. 

 

Tahukah kalian bahwa kalian sebenarnya juga bisa menjadi orang yang menurut kalian itu 'berpengalaman' dalam urusan berbicara di depan umum? Tahukah kalian bahwa yang menghalangi kalian untuk menjadi orang yang 'berpengalaman' itu sebenarnya adalah rasa takut jika melakukan kesalahan itu sendiri? Tahukah kalian bahwa semua yang kalian pikirkan di atas itu bisa jadi sebuah alasan? Mungkin saja. Oleh karena itu, saatnya kita mulai mengubah persepsi seperti itu sehingga kita memiliki keberanian, atau bahkan senang untuk berbicara di depan umum! 

 

Bagaimana Caranya? 

 

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah meyakinkan diri untuk tidak takut akan melakukan kesalahan serta belajar untuk tidak menghindar. 

 

Sifat takut akan melakukan kesalahan dan menghindar membuat kita tidak berkembang. Jika kita terus menerus takut dan menghindar, selamanya kita menjadi tidak mampu berbicara di depan publik. Oleh karena itu, hapuslah pikiran negatif dan sifat menghindar bahwa kalian tidak bisa berbicara di depan publik. Karena dua hal tersebut yang menjadi penentu apakah kalian akan selamanya menjadi penakut, atau menjadi pembicara handal di kemudian hari. 

Jika kita sudah menghilangkan rasa takut dan menghindar, maka hal kedua yang perlu kita lakukan adalah dengan latihan. Ya, di dunia ini tentu saja tidak ada yang instan. Apakah Thomas Alva Edison dapat menemukan lampu pijar dalam hitungan jam? Tentunya tidak. Ia harus mengalami 1000 kegagalan terlebih dahulu. Namun, jangan jadikan kegagalan sebagai sebuah beban. Jadikanlah kegagalan sebagai sebuah pelajaran. Mulailah berbicara di depan cermin terlebih dahulu untuk mengendalikan ekspresi dan mengatasi rasa takut dan tegang akan terlihat jelek di depan umum. Ingatlah bahwa kita bisa karena terbiasa.

 

Hal terakhir yang perlu kita perhatikan untuk mengasah kemampuan berbicar di depan publik kita adalah dengan mengesampingkan alasan akan dihakimi atau dikomentari. pertama-tama, buatlah pikiran tersebut menjadi "All-things-positive".  

 

Jika kamu merasa kamu dikomentari, baik itu baik atau buruk,  ingatlah bahwa itu adalah pertanda yang bagus di mana orang-orang memperhatikanmu. Karena perhatian publik adalah salah satu kunci utama adalah public speaking. 

 

Sebagai penutup, apa yang saya bahas di atas mungkin adalah salah satu di antara jutaan artikel yang membahas mengenai bagaimana kita mengatasi ketakutan kita akan berbicara di depan umum. Namun, yang ingin saya tunjukan di sini adalah, ketakutan tersebut hanyalah sebuah alasan yang membuat kalian tidak pernah keluar dari zona nyaman kalian. Mari, kita jadikan ketakutan akan berbicara di depan umum tersebut sebagai kesadaran untuk melangkah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bukan untuk dijadikan sebagai sebuah alasan.